Buletinaufklarung.com - Kehidupan manusia dalam tahun ke tahun memiliki kebudayaan dan tradisi di masing-masing daerah. Baik hidup di perkotaan maupun di pedesaan yang mengalami sudut pandang yang berbeda. Ada berbagai macam yang dilakukan oleh manusia untuk tetap melestarikan tradisi.

Tradisi yang dimaksud adalah perayaan malam tahun baru. Perayaan ini termasuk momen yang tidak dapat dilepaskan dalam setiap tahunnya. Bagi beberapa elemen, seringkali tahun baru dianggap sebagai hal sakral dalam kehidupanya.

Segala agenda perayaan – kecil maupun besar akan dilaksanakan mulai dalam bentuk pesta, bakaran, pesta kembang api dan pertemuan keluarga. Dengan demikian, segala aktivitas dilakukan dengan senang hati untuk penyambutan Tahun baru.

Dalam pembahasan tahun baru, sebagian besar manusia kerap mengabadikan dalam moment dan reminder di penghujung tahun. Banyak agenda perayaan yang bisa dilakukan dalam saat malam hari pada penghujung tahun.

Jika dilihat dari sejarahnya, khususnya pada tahun masehi yang merujuk pada kata masih atau al-masih dalam bahasa arab dan mesias dalam bahasa ibrani yang memiliki makna "yang diurapi". kata tersebut dipercaya kebanyakan umat kristiani sejak lahirnya Isa a.s sebagai panutuan Tuhan anak dari Tuhan Bapa dan roh Kudus (Maryam).

Peristiwa tersebut mengadopsi dari lahirnya kalender Gregorian yang dibentuk oleh Paus Gregorius XIII dalam perbaikan kalender julian (46 SM) yang diprakarsai Julius Caesar yang merupakan Diktator Republik Romawi dan dibantu oleh ahli matematika dan astronomi berkebangsaan Yunani Sosigenes (tamam, 2023).

Agenda perayaan juga meningkat seiring dengan produktivitas, inovasi manusia yang menjadi kecenderungan melakukan hal-hal yang baru untuk dapat menikmati keberlangsungan hidupnya. Segala aktifitas apapun akan dilakukan oleh manusia asalkan yang dilakukan mendapat kesenangan dan kebahagiaan; liburan, perayaan, pesta.

Hal tersebut dianggap mampu meredam dan mengubah pandangan kehidupan baru. Dengan melalui aktifitas-aktifitas yang ringan sehingga dapat mengurangi beban hidup. Kebanyakan orang melakukan aktifitas yang ringan juga sekedar bersosialisasi, menuangkan idenya, dan mengekspresikan dirinya.

Tahun demi Tahun perayaan Tahun baru juga semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman dan industri modern. Kebanyakan manusia memaknainya sebagai agenda awal tahun yang tidak mungkin untuk tidak ditinggalkan. Dari berbagai elemen masyarakat dan aliansi.

Dari tradisi yang dilakukan kebanyakan orang pada malam tahun baru, pastinya tersimpan beberapa makna yang dilakukan pada saat perayaan. Dengan demikian, hal ini dapat dilihat dalam kacamata hermeneutika. Meskipun secara garis besar hermeneutika berkutat pada pemaknaan suatu teks, akan tetapi seiring berkembangnya zaman ilmu pengetahuan juga ikut berkembang.

Dalam praktiknya, hermeneutika merupakan refleksi kritis atas pengandaian-pengandaian implisit dengan melihat kondisi modernitas yang ditandai dengan skeptisisme dan refleksi kejadian yang telah dialami. Hal tersebut menjadikan hermeneutika sebuah metode baru untuk menjadi diskursus pengetahuan (Sungkar, 2021)

Berbicara tentang perayaan Tahun baru hermeneutika dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang makna dan simbolisme dibalik perayaan yang dilakukan. Hermeneutika, sebagai sebuah metode interpretasi, memungkinkan kita untuk memahami tidak hanya apa yang terjadi pada malam tahun baru, tetapi juga konteks budaya, sosial, dan psikologis yang mengelilinginya.

Malam tahun baru, yang dirayakan di seluruh dunia seringkali dianggap sebagai momen untuk merayakan perputaran waktu. Hal ini merupakan momen saat dimana orang-orang berdamai dengan masa lalu dan merencanakan masa depan.

Dalam masyarakat modern, perayaan malam tahun baru seringkali diwarnai dengan pesta, kembang api, dan pertemuan keluarga. melalui lensa hermeneutika, kita dapat menginterpretasikan setiap elemen ini sebagai simbol harapan, pembaruan, dan refleksi.

Salah satu aspek penting dari malam tahun baru adalah penciptaan resolusi Tahun Baru. Banyak orang membuat daftar harapan dan tujuan yang ingin dicapai dalam tahun baru. Dalam konteks hermeneutika, resolusi ini tidak hanya sekedar daftar, tetapi mencerminkan aspirasi dan keinginan manusia untuk memperbaiki diri.

Misalnya, pada tahun 2023, banyak orang merasa terinspirasi untuk lebih fokus pada kesehatan mental mereka, sebagai hasil dari pengalaman kolektif selama pandemi. Hal ini menunjukkan bagaimana norma dan prioritas masyarakat dapat berubah seiring berjalannya waktu.

Selain itu, perayaan malam tahun baru sering kali menjadi wadah untuk bersatu. Di berbagai belahan dunia, orang-orang berkumpul untuk melihat kembang api, makan berbagai makanan, atau hanya menghabiskan waktu bersama.

Hal tersebut menciptakan sebuah komunitas dan solidaritas. Dalam berbagai kasus, seperti di Indonesia, perayaan tahun baru juga dipadukan dengan tradisi lokal seperti do'a dan ritual yang memperkaya pengalaman tersebut secara kultural.

Secara keseluruhan, perayaan malam tahun baru  dalam kacamata hermeneutika membuka ruang untuk memahami makna lebih dalam dari suatu tradisi yang tampaknya sederhana. Ia merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat serta perubahan yang terus berlangsung dalam acara individu berinteraksi satu sama lain.

Dengan memahami makna yang lebih dalam dari perayaan ini, masyarakat dapat menjadikan malam tahun baru sebagai momentum untuk memperkuat relasi sosial dan mengaktualisasikan harapan-harapan positif untuk masa depan.Dengan demikian, malam tahun baru bukan hanya sebuah perayaan, tetapi juga cerminan dari diri kita sebagai masyarakat yang terus berkembang.

Ro’iyal A’la Muzakki

Santri Pusat Kajian Filsafat dan Teologi