Di pagi yang cerah, setelah melalui beberapa malam dimana Ibrahim bercakap-cakap sendiri, yakni ketika ia telah selesai menemukan Tuhan yang ia cari, Ia sedikit kepo dengan segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini. Walaupun pertanyaan yang muncul hanya satu, pertanyaan ini cukup menghantui kepalanya sehingga ia kurang tenang dan kurang yakin dalam menyebarkan risalah yang ia dapatkan dari Tuhannya.

Akhirnya, ia pun bertanya secara terang-terangan kepada Allah demi mencari jawaban dari pertanyaannya tersebut. Pertanyaan yang membuat Ibrahim tidak tenang adalah tentang bagaimana sang Tuhan menghidupkan makhluk yang telah mati dengan kalimat yang tertulis dalam Qur'an "Bagaimana engkau (Allah) menghidupkan yang mati"

Singkat cerita, ia mendapatkan clue-clue atas pertanyaannya tersebut. Clue ini berupa misi yang kemudian termaktub dalam Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 260, yakni menyebarkan empat mayat burung yang telah dicincang dimana satu bagian mayat burung harus diletakkan di satu bukit, kemudian setelah di letakkan Ibrahim harus memanggilnya agar keempat burung itu hidup kembali dan menghampiri Ibrahim.

Karena Ibrahim ingin hatinya tenang ia pun tanpa ragu melakukannya dan segera bergegas untuk mencari empat bukit guna meletakkan tiap-tiap mayat dari burung tersebut. Setelah selesai meletakkan keempat burung tadi, Ibrahim sedikit mengambil waktu luang untuk beristirahat sebentar. Karena, walaupun ia telah mempercayai adanya Allah sebagai tuhannya, ia juga harus menghemat tenaga untuk membantu ayahnya yang sedang bekerja sebagai pemahat patung.

Setelah selesai membantu ayahnya, Ibrahim teringat empat mayat burung yang diletakkannya di setiap bukit tersebut. Sesuai dengan arahan atau misi yang diberikan oleh Allah, akhirnya Ibrahim mencoba memanggil keempat burung tersebut dengan keahliannya yang ia dapatkan secara tidak sengaja, yakni mampu dengan mudah memahami hal-hal metafisik. Akhirnya Ibrahim pun memanggil keempat burung tadi sehingga burung-burung tersebut akhirnya mendatangi beliau.

Ketika Nabi Ibrahim hendak bertanya kepada tiap-tiap burung itu untuk memastikan benarkah keempat burung ini merupakan burung yang telah ia cincang, Allah telah mem-briefing keempat burung tersebut untuk mengaku sebagai empat burung tadi. Berdasarkan peristiwa ini Ibrahim langsung dengan berani dan yakin bergegas ke tengah kota untuk menyatakan diri sebagai musuh Namrudz.

IBRAH

Pada dasarnya setiap tanda-tanda kekuasaan Tuhan tak perlu dipertanyakan lagi dan tak perlu diragukan, karena memang segala sesuatu yang ada di dunia ini sudah sedemikian tertata dan menjadi suatu mekanisme harmoni yang agak sulit dipahami oleh otak manusia.

Allah mengakhiri ayat 260 dalam surat al-Baqarah dengan kalimat al-aziiz (maha perkasa) yang dimaksudkan untuk meyakinkan hati Ibrahim dan al-hakiim (maha bijaksana) yakni meyakinkan Ibrahim dengan cara yang sedikit menghibur.

(FIKSI)

Hadziq A'la Darajat

Santri Pusat Kajian Fisafat dan Teologi