Tokoh Monkey D. Luffy dari seri manga dan anime yang luar biasa
berjudul One Piece adalah salah satu dari sedikit karakter di dunia pop kultur
yang mampu mempengaruhi dan menginspirasi banyak orang. Hingga saat ini, One
Piece masih menjadi salah satu manga terlaris di Jepang. Penjualan manga di
Weekly Shonen Jump telah meningkat drastis selama sebelas tahun terbitannya.
Sampai volume ke-65, manga ini telah terjual lebih dari 260 juta kopi di dalam
negeri. Ini juga merupakan manga tercepat yang telah terjual 100 juta kopi.
Selama bertahun-tahun, One Piece tetap menjadi manga terlaris di Jepang, dengan
total penjualan tahunan yang sangat tinggi.
Volume 61 One Piece terjual 3.382.588 kopi di Jepang, memecahkan
rekor penjualan volume sebelumnya. Dalam cerita One Piece, Monkey D. Luffy
adalah seorang pemuda yang bercita-cita menjadi bajak laut terbaik di dunia
setelah menemukan harta karun legendaris yang disebut "One Piece"
(WikiaOnePiece 2014). Namun, lebih dari sekedar popularitasnya sebagai kapten
bajak laut topi jerami yang mencari harta karun legendaris, terdapat filsafat
eksistensialisme yang ditemukan dalam perjalanan dan tindakan Luffy. Pandangan
eksistensialisme Jean-Paul Sartre membantu kita memahami konsep pembebasan dan
pencarian makna.
Eksistensialisme Sartre menekankan bahwa makna hidup manusia
dibentuk oleh kebebasan dan kewajiban individu. Dengan kepribadiannya yang
penuh semangat dan tekad, Luffy menunjukkan semua aspek ini dalam kisah
hidupnya. Sebagai seorang bajak laut yang menentang batas-batas yang dikenakan
oleh masyarakat dan pemerintah, Luffy menjadi contoh sempurna dari kebebasan
individual yang dianut Sartre. Ia mengambil tindakan berani untuk menciptakan
jalannya sendiri (subjektivitas) dan menentang standar masyarakat.
Subjektivitas adalah prinsip yang menekankan bahwa pandangan dan
persepsi individu sangat penting; ini berarti bahwa setiap orang memiliki
perspektif yang berbeda dan unik tentang dunia di sekitarnya, yang harus diakui
dan dihargai. Sartre mengatakan, "Manusia tidak lain tetapi apa yang ia
buat dari dirinya sendiri" dalam menjelaskan konsep subjektivitas yang
dianggap eksistensialis. Ini juga termasuk dalam istilah
"subjektivitas" (Pandiangan, 2008).
Monkey D. Luffy sangat menghargai prinsip subjektivitas. Dia tidak
terpengaruh oleh pendapat orang lain dan selalu mengikuti hatinya. Pada bagian
kedua, ketika Luffy ditanya tentang cita-citanya, dia dengan jelas menjawab
bahwa dia ingin menjadi raja bajak laut, meskipun dia tidak peduli dengan
ancaman yang menghadang. Ini menunjukkan subjektivitas Luffy tentang
keputusannya bahwa tidak ada yang dapat menghalanginya dari mencapai tujuan
hidupnya.
Ketika Luffy membentuk timnya sendiri dari orang-orang yang tidak
diterima oleh masyarakat, itu menunjukkan subjektivitasnya. Meskipun mereka
tidak memiliki tujuan atau latar belakang yang sama, Luffy tetap percaya bahwa
mereka dapat bekerja sama untuk mencapai tujuannya bersama. Pada saat Luffy
merekrut kru pertamanya, dia diperingati bahwa orang yang akan dia ajak menjadi
bagian dari bajak lautnya adalah seorang yang kejam, haus darah, dan dijuluki
sebagai pemburu bajak laut. Namun, Luffy mengabaikan peringatan tersebut.
Namun, menurut eksistensialis, jika manusia tidak dapat ditentukan,
itu karena dia bukan apa-apa pada awalnya. Hanya setelah itu dia menjadi
sesuatu, dan dia sendiri akan menjadi apa yang dia inginkan (Sartre, 1978).
Menurut ungkapan Sarter, eksistensi mendahului esensi. Bagaimana Luffy
menjalani hidupnya menunjukkan eksistensi mendahului esensi; meskipun dia tidak
memiliki tujuan atau esensi dalam hidupnya, ia tetap ada dan bergerak sesuai
dengan keinginannya.
Luffy selalu bertindak sesuai keinginannya tanpa terpengaruh oleh
aturan atau standar. Ia selalu melakukan apa yang ia suka daripada
mempertimbangkan pendapat orang lain tentang dirinya. Ini menunjukkan bahwa
eksistensinya menentukan tindakannya lebih daripada esensinya. Selain itu,
Luffy tidak takut sama sekali. Selain menunjukkan bahwa eksistensi Luffy lebih
penting daripada esensinya dalam menentukan tindakannya, dia tidak takut untuk
mengambil risiko demi mencapai apa yang ia inginkan, meskipun itu berarti
menghadapi musuh yang lebih kuat atau bahaya yang lebih besar.
Kebebasan adalah hal yang paling penting bagi Luffy dalam menjalani
kehidupannya. Ia tidak mau terikat oleh aturan atau kewajiban orang lain; ia
lebih suka melakukan hal yang ia sukai dan mengejar impiannya sendiri, meskipun
harus menghadapi banyak hambatan dan kesulitan. Luffy juga sangat menghargai
kebebasan orang lain. Luffy selalu menghormati hak asasi manusia setiap orang
dan tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada orang lain; ini menunjukkan
bahwa dia sangat peduli dengan perasaan orang lain dan tidak akan melakukan
sesuatu yang merugikan orang lain demi kebebasannya sendiri (Walidain &
Syihabuddin, 2023).
Ketika dia berada di Pulau Sabaody, Luffy mengatakan bahwa dia ingin
menjadi raja bajak laut bukan untuk menaklukan orang lain, tetapi untuk menjadi
orang yang bebas. Ini menunjukkan bahwa Luffy ingin bebas dan tidak ingin
mengganggu kebebasan orang lain; dia ingin bebas, dan orang lain juga berhak
atas kebebasan mereka. Salah satu karakter utama dalam cerita One Piece adalah
Monkey D. Luffy, yang memiliki sifat subjektivitas yang kuat, seperti mengikuti
pendapatnya sendiri dan tidak terpengaruh oleh pendapat orang lain. Dia juga
tidak terikat oleh hukum atau undang-undang yang ada dan selalu berusaha
menjadi dirinya sendiri. Karakter Luffy juga menunjukkan eksistensi yang lebih
penting daripada esensi, seperti keinginan dia untuk hidup secara bebas dan
mengambil keputusan tentang nasibnya sendiri.
Akhmad Nur Khoiri
Santri Pusat Kajian Filsafat dan Teologi