Kata-ku dan Gerak-geriknya

Pertama kali aku memandangmu di tepian telaga senja, kala arunika menghampiri senyummu meniois di ujung garis

Ketika kita di penghujung jalan kau menolehku melambai dengan dekik senyumu, hadir sebagai ratu keadilan renaissance

Aku yang tersesat menggenggam penuh raga di bawah bayang-bayang perang eksistensial manusia

Aku yang tetap berdiri kokoh dengan niat yang dulu kita ucapkan

 

Kita bagaikan sepasang sayap yang egois

Kamu terlalu lemah lembut untuk ku

Sedangkan raga kita sekeras baja damaskus

Sekuat pedang yang mampu menebas pengetahuan dengan pena dan tinta yang utuh

 

Aku yang merindukanmu

Akankah selalu megingat wajahmu

Di kala hiruk keabsurdan dunia yang tak ingin kalah dan menang

Tetapi lupa untuk menjadi dikenang

 

Lalu sampai kapankah penghianatan menjadi minuman anggur yang meracuni diri dari jiwa-jiwa yang berhenti

Mencari angin segar dari ufuk selatan adalah cita-cita kemerdekaan diri yang lelah atas perjuangan

Aku mencintaimu denan seluruh kata ku yang fana dan jauh dari kesempurnaan

Dalam setiap gerakan, kata ku selalu menghempas dari daun yang jatuh, yang tak ingin pergi

Seolah-olah menjadi sarang lebah yang menyerang pengetahuan

 

Apa yang menarik selain kata-kataku

Ia tidak pernah berbicara tapi bergerak melewati ruang dan waktu

Mencari pengertian ke pemahaman sampai ke makna

 

Aku ingin menghembuskan kesalahan-kesalahanku

Menjadi benih yang ditanam menjadi buah

Terlepas dari matang atau tidak

Setidaknya aku sudah berusaha

 

Yang menarik dari kata-kataku

Ia kerap kali menyembah kebenaran yang relative, tapi terus mencari bagaimana ita menjadi tahu dari ketidaktahuan sebenarnya.

Apa yang menjadi penyakit kata-kataku adalah penyakit kita

Kata-kataku sangat multidimensi, sehingga muncul tafsir yang beragam

Melalui itu mencari titik keselarasan adalah hal yang sulit

Tapi percayalah jika itu mudah

 

Mencintai kata-kataku tidak perlu validasi orang lain

Tetapi koreksi atas kesalahan letaknya kata-kataku dan kesinambungan dengan cinta kita

Apa yang kita benci, ayo kembali kata-ku

 

Aku tidak ingin pecah darimu

Karena kamu, aku, kita adalah kata yang satu

Satu-satunya perpaduan yang sempurna

 

Krisna Wahyu Yanuar

 

Suara Kesucian dan Kesunyian Jiwa Manusia

 

Berhenti melangkah atau sebatas angan melintas di awing-awang

Menjadikan realita sebagai lelucon semata

Menegaskan ego berlandaskan karakter belaka

 

Cemburu sosial terbungkuskan oleh senyuman

Dilema situasi maupun kondisi dan merasa iba dengan lingkungan

Haruskah melangkah keluar dari lingkaran keambiguan atau justru nyaman dengan istidraj Tuhan???

 

Dimanapun keberadaannya manusia tetaplah manusia

Mereka hidup dalam hebatnya pertarungan ekspektasi dan realita

 

M. Sholahuddin Al-Ayubbi

 

Harmoni yang Menghiasi Aku dan Kamu

 

Nyayian merdu dersik menyeruak ke dalam telinga

Lelambaian ranting itu seakan mengajakku bicara

Kuteguk kembali kopiku perlahan

Terngiang semburat wajah manis arunikanya

 

Aku terdiam

Semua kembali dengan jeritan malam

Kubiarkan nyanyiannya menyusuri jantungku

Beriringan dengan penantian sang rejana

 

Naas aku pernah gagal

Bahkan duri itu masih tersisa

Katanya cinta itu menyakitkan

Tapi mengapa malah aku menikmatinya

 

Muhammad Ali Akbar