21 tahun pkft

Tahun ini Pusat Kajian Filsafat dan Teologi (PKFT) Tulungagung kembali menggelar Reuni Akbar dan Halal bi Halal keluarga besar PKFT Tulunaggung yang dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2021 dan bertempat di Hotel Hayam Wuruk Trenggalek. 

Reuni tahun ini kurang lebih dihadiri sekitar 80 kader aktif maupun alumni dimulai dari founding father sang pendiri PKFT sampai angkatan yang paling muda yaitu angkatan tahun 2020. 

Pada reuni kali ini PKFT mengusung tema "21 Tahun PKFT: Manifesto Gerakan dalam Narasi Era Post-Pandemi". Dengan harapan, di usia ke-21 tahun ini PKFT terus mampu untuk meregenerasi dan menstabilkan gerakan yang padahari ini tergeser karena adanya pandemi global, maka harus lebih produktif dan adaptif terhadap pergeseran kebiasaan yang baru di era post-pandemi ini.

Namun, 21 tahun menjadi kawah Candradimuka yang mencetak mesin-mesin intelektual di Tulungagung bukan perkara yang mudah, sebuah organisasi yang besar tersebut tak luput tegak tanpa hempasan-hempasan permasalahan yang mengakibatkan harus berbenah kembali.

Pandemi global ini melumpuhkan segala lini aspek kehidupan manusia, untuk itulah yang menjadi tugas para kader PKFT adalah lebih adaptasi untuk melakukan segala bentuk kegiatan, formula-formula baru diciptakan demi menjaga api intelektual tetap membara tanpa adanya stagnansi dari efek pandemi.

Fahmi Solahunnuha selaku ketua pelaksana dalamsambutannya menyampaikan terima kasih yang dalam dan rasa syukurnya atas terselenggaranya acara tersebut. "Dengan adanya reuni ini semoga kekeluargaan terutama antar angkatan tetap terjalin dengan baik dan membawa PKFT kedepannya lebih baik lagi," ujarnya disela-sela sambutannya.

Sementara itu, Muhammad Hirzuddin Al-Bashor selaku direktur PKFT juga memaparkan harapan didalam sambutannya, "Pada intinya reuni 2021 ini mengangkat tema manifestasi gerakan pasca era pandemi. 

Tema ini mengusung  tentang bagaimana cara mentransformasikan gerakan intelektual akademik, gerakan literasi serta  gerakan kajian ini bisa dibentuk sedemikian rupa, sesuai kebutuhan zaman. Walau bagaimana pun keadaan saat ini kaum intelektual harus mampu menjawab tantangan-tantangan dan problem-problem sosial, kita harus bertransformasi secara fisik maupun mental", terangnya.

Tak berakhir disitu saja, Gus Mustafid (pengasuh Ponpes Aswaja Mlangi) yang hadir ditengah-tengah kader dan alumni PKFT juga sedikit berpesan kepada seluruh kader dan alumni PKFT, 

"intelektual yang sejati adalah ia yang memiliki kemampuan berpikir secara independen, arif dalam bertindak, memproduksi pengetahuan yang dibutuhkan publik, dosa terbesar dari seorang intelektual itu mereka yang hanya diam dan tidak ada pergerakan, seorang intelektual harus mampu terjun dan memecahkan permasalahan kemanusiaan". 

Pesan tersebut mampu mengobarkan api yang selama ini tak pernah padam dalam jiwa kader PKFT.

Tak hanya itu, Beliau juga menyinggung soal era perkembangan digital saat ini. "Kalau kita gagap dengan perubahan era digital hari ini, kita akan gagal menjadi seorang subjek intelektual", pungkasnya. 

Perkembangan intelektual dan teknologi pada era post-pandemi saat ini bukan hanya kita nikmati atau rasakan bersama, akan tetapi jugakita harus lebih adaptif untuk memanfaatkan dan berkembang kearah yang lebih baik lagi.

Penulis:

Tsalis Muhammad

Pusat Kajian Filsafat dan Teologi (PKFT)