17 April 1960 dimana organisasi yang bernama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) diresmikan sebagai underbow Nahdlatul Ulama’ yang bertujuan untuk melestarikan dan mengabarkan dengan berlandaskan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Tentu berdirinya organisasi pergerakan tersebut melewati berbagai hal yang sangat berkepanjangan demi kesempurnaan dalam mewarnai roda pergerakan mahasiswa di Indonesia.

Akhir-akhir ini organisasi mahasiswa tersebut sudah berumur 61 tahun tepat tanggal 17 April 2021 kemarin. Dalam mengemban khidmah tentu bukan lagi usia yang sangat muda untuk organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia ini. Dalam mengawal roda kelas sosial di Indonesia, Berbagai cara dilakukan dalam merayakan Harlah PMII  dan itu sudahlah menjadi suatu hal antusiasme sendiri bagi pribadi kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di seluruh Nusantara.

Di Tulungagung sendiri, pada tanggal 20 April 2021 bertepatan dengan bulan ramadhan. Segenap keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) komisariat IAIN Tulungagung menggelar acara untuk memeriahkan Harlah PMII yang bertempat di masjid lama kampus IAIN Tulungagung, dengan mengangkat tema “Manifestasi nilai-nilai pergerakan dalam kemajuan untuk peradaban baru” dengan tujuan mencoba untuk merefleksi dan mengaktualisasikan tawaran baru dari Ketua Umum baru M Abdullah Syukri (Gus Abe) yaitu: Paradigma Kritis, Transformatif dan Produktif.

Meskipun saat ini Covid-19 belum usai, namun acara tetap berjalan dengan lancar dan mematuhi protokol kesehatan. Seiring berkembangnya teknologi zaman, panitia memanfaatkan berlangsungnya acara tersebut dengan menayangkan online via live Youtube bernama “IAINTA BERSAHABAT”, bertujuan untuk memudahkan kader-kader yang tidak bisa hadir. khusus dan untuk umumnya bagi semua masyarakat agar bisa andil walau hanya lewat media tatap layar kaca.

Rangkaian pra-acara meliputi sholawat yang bertujuan untuk melestarikan budaya Nahdliyyin. Diteruskan dengan buka bersama yang tidak hanya di ikuti oleh kader PMII saja, akan tetapi juga mengundang instrumen berbagai elemen organisasi mahasiswa lainya seperti PKPT, HMI, GMNI dan IMM guna menjalin ikatan silaturahmi. Dilanjutkan dengan apresiasi melantunkan baiat-baiat puisi oleh kreatifitas kader-kader PMII dari buku “Manunggaling Kawulo Wifi” karya sahabat-sahabat PMII.

Waktu adzan Isya’ berkumandang semua kader dan tamu undangan melaksanakan sholat tarawih berjamaah. Memasuki acara selanjutnya yaitu spiritual Istighosah Kubro. Bait-bait ilahiyah yang dilantunkan kader-kader PMII secara Khidmah dan Khusyu’, berharap untuk kedepannya PMII bisa terdepan dalam kemajuan.

Sampai pada acara inti yaitu Simposium Pergerakan yang di isi oleh sahabat kembar A. Yuzki Faridian Nawafi dan A. Yuzki Arifian Nawafi. Dua sosok pemateri yang sangat menarik, selain kembar dan humoris beliau berdua adalah kader PMII yang pada saat berproses dengan jalur yang berbeda. Satu di Universitas Indonesia (UI) Jakarta dan yang satu di Universitas Brawijaya Malang.

Sahabat Wildan yang merupakan salah satu kader Pusat Kajian Filsafat dan Teologi (PKFT), dalam acara ini berperan sebagai moderator. Sahabat wildan mengawali sesi Simposium Pergerakan dengan pertanyaan:

“Hari ini PMII sudah memasuki usia 61 tahun, tentunya telah melewati berbagai perubahan, perubahan dan perubahan. Bagaimana sih PMII hari ini menurut panjenengan?”

Menurut A. Yuzki Faridian Nawafi (Gus Yuski): PMII perlu adanya kesadaran bahwa kader PMII bukan Banser, Karena dikhawatirkan akan menjadi serbaguna dalam setiap lini meskipun kita di cetak untuk menjadi multifungsi, akan tetapi itu harapan dahulu yang mana PMII belum mempunyai kader sebanyak dan gerakanya semasif saat ini tuturnya.

Maka menurut beliau perlu adanya pembenahan kesadaran niat awal dan tujuan kenapa, dan mengapa harus memilih PMII sebagai lahan berproses dan jangan selalu menjadi yang bisa semua harus ada salah satu yang lebih menonjol.

Setiap kader harus mempunyai spesifikasi kemampuan untuk kader-kader pergerakan, supaya skill yang ditekuni dan mahir dalam profesionalitas baik untuk menunjang arah pergerakan dan peribadatan. Selain merawat arah gerak lebih signifikan juga merawat Hablumminallah. Selepas itu perlunya ada kolaborasi sesuai porsi-porsi kemampuan guna memunculkan ide-ide dan gagasan yang relevan dalam ranah pengetahuan maupun prodak nantinya yang akan dimunculkan.

A. Yuzki Arifian Nawafi (Gus Wafi): “Khususnya kader yang berproses di tingkat rayon dan komisariat, Perlunya kader PMII dalam menyadari dan membangun karakter dari refleksi kisah Nabi Muhammad yang mempunyai sifat sidiq, tabliq, amanah dan fatonah” tuturnya.

Dalam menanggapi era kemajuan globalisasi dan modernitas industri 4.0 atau bahkan lebih (one day one second). PMII harus mempunyai trobosan-trobosan baru dan mengambil sikap sesuai zaman serta tawaran-tawaran untuk meningkatkan nilai-nilai pergerakan, dalam artian tidak terhanyut atau tergerus arus milenial. Tetapi memilah memilih dan bergerak sesuai koridor-koridor kebutuhan. Supaya terwujudnya PMII harus maju, PMII harus keren, PMII harus hebat. Sesuai harapan ketua umum baru sahabat M Abdulloh Syukri (Gus Abe).

Waktu Indonesia Bahagia menunjukan pukul 22.00 malam. Sesuai kesepakatan dari pihak kampus perizinan hanya sampai jam 10 malam. Waktu yang masih kurang untuk membicarakan/mendiskusikan dunia pergerakan, namun sudah ada sedikit gambaran kedepan dalam menjalankan roda pergerakan untuk sahabat-sahabat bersaing menuju PMII terdepan dalam dalam perubahan. Tidak mengurangi rasa hormat panitia terhadap kampus acara di tutup dengan membaca sholawat bersama-sama.

Maka kesimpulan akhir dari simposium pergerakan adalah setiap kader harus bertanggung jawab terhadap keberlangsungan agama Ahlussunnah Wal Jama’ah, bertanggung jawab mengisi kemerdekaan, bertanggung jawab mencerminkan nasionalisme dan menjadi kader akademik yang organik. Bisa membedakan yang mana wadah dan isi dalam berproses. Semua usaha tidak lebih dari kuasa Alloh SWT.

Muhammad Hasbunal Kafi

Santri Pusat Kajian Filsafat dan Teologi