http://www.buletinaufklarung.com | Tulungagung – Dengan semangat antusias dari mahasiswa akan intelektualnya menghadiri diskusi umum KOBAM #3 (kongko bareng jumat malam).
Padepokan Pusat Kajian Filsafat dan Teologi (PKFT) Tulungagung, tadi malam (07/12) -Kembali melaksanakan acara diskusi umum setelah minggu lalu sempat terjeda. Pada diskusi ketiga ini membahas tema tentang “Quo Vadis Pendidikan (Islam) Di Indonesia”.

foto diambil oleh saudara Ilman saat acara berlangsung.


Nanda Royansyah (Direktur PKFT), dalam sambutannya mengungkapkan bahwa tema ini sebenarnya sudah usang. Namun, masih laku terjadi untuk saat ini. Dirasa pendidikan saat ini semakin tidak jelas arahnya. Diketahui juga, pendidikan-pendidikan atau ilmu-ilmu umum dijadikan ilmu yang bersifat Islam supaya laku di pasaran dalam bentuk suatu komoditi atau barang.

Penambahan kata Islam dalam tema sengaja dikurung, supaya pembahasan pendidikan tidak terjebak pada pendidikan Islam saja melainkan juga bisa membahas terkait pendidikan yang bersifat umum.”ungkapnya”.

Acara dimulai pukul 20.30 WIB yang dihadiri oleh kalangan mahasiswa juga kalangan umum. Panitia menghadirkan Pak Yusuf Dwi Hadi,M.Pd, seorang guru yang mengajar di SMA favorit di kota Kediri yaitu SMAN 5 Kediri dan SMAN 6 Kediri sebagai pembicara.


Apa yang membedakan antara Pendidikan Agama Islam dengan Pendidikan Islam ? tanya Pak Yusuf kepada forum”

Pak Yusuf menerangkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang atau instansi pendidikan yang memberikan materi mengenai agama Islam, contohnya seperti Sejarah Perkembangan Islam (SPI). Sedangkan Pendidikan Islam diartikan sebagai usaha berupa bimbingan bagi pengembangan potensi jasmani dan rohani. Serta diartikan pula pembelajaran yang dilakukan dengan menengok Al-Qur’an, hadits, dan Ijma’.
Dalam pendidikan, paradigma terbagi menjadi tiga, yaitu Magis, Naif, dan Kritis. Kritis yaitu berfikir secara mendalam atau mencari sumber-sumbernya secara mendalam. “Ketika metode kritis tidak mencukupi maka secara otomatis akan berpindah kepada metode magis yangmana berpasrah kepada kehendak Tuhan” jelasnya.

Beliau menambahkan, dalam kaitannya dengan fakta lapangan,  pendidikan umum dan Islam tidak bisa bersatu hal tersebut berakibat pada output yang bersifat kognitif. Pengetahuan juga terbagi menjadi pengetahuan filsafat dan pengetahuan mistis yang keduanya sangat berbeda. Selain  itu, pengetahuan mistis juga dapat dikaitkan dengan pengetahuan sains yang sering dipelajari dalam kehidupan.

“Jadi  Tidak ada orang yang netral. Siapa yang mampu dan mau mengatasi masalah, merekalah yang akan menikmati keuntungannya.” Ujarnya.

Laporan:Nuristi