Pahlawan memang akan selalu hidup, dalam simbol-simbol berlumut dan carut marut. Museum memang dibangun begitu megah di dalamnya pun tertata patung, lukisan, dan arsip sejarah yang begitu penting. Namun, apa bedanya dengan pot bunga di depan rumah. Hanya sebagai hiasan.
Banyak jalan bernama pahlawan, pun tempat-tempat penting di negeri ini. Lalu apa yang menarik? Masa bodoh dengan rumah sakit yang namanya begitu melangit, jika kau melarat tunggulah sampai orang kaya selesai berobat.
Jalan adalah monumen, stadion adalah monumen, rumah sakit adalah monumen, kampus adalah monumen, museum apalagi.
Pahlawan ada dimana-mana dan sekarang kita merayakan kematiannya dengan penuh suka cita. Berteriak dengan segenap kedunguan. Berperan dengan topeng kepalsuan. Melukis keberanian dengan keitaituan.
(pahlawanku, engkau telah mati. tanah ini adalah panggung dan cermin. Atas terciptanya pahlawan-pahlawan baru. pahlawan penolak keberanian, mendidik generasiku tanpa ingatan, mengasuhku dengan kedangkalan, meninabobokanku dengan kebaruan).
Bapakku dulu mengajariku hormat. Bahwa pahlawan adalah utusan Tuhan yang berani berkorban, bahkan nyawa. Berani melawan walau pistol membidik lurus di tengah kepala.
(hutan adalah ranjang. Dan harapan telah tumbuh bersama hujan. Mati adalah kekasih yang siap kau peluk dalam keberanian)
Pahlawan 1: aku melihat penjajah sedang tertidu. Kita harus menyerangnya sekarang, atau besok tanah ini akan tertutup abu.
Pahlawan 2: benar, ini kesempatan terbaik untuk kita.
Mari wariskan kemerdekaan untuk cucu-cucu kita.
Pahlawan 3: tungguu...bantu aku memasang bendera negaraku di kepala.
Pahlawan 4: INDONESIA
Seluruh dunia luar akan mengenalnya.
Pahlawan 5: hitungan ketiga kita bergerak.
1...2...3...!!!!!!!
(pejuang yang dikenang adalah pejuang yang menjadi hiasan pembangunan, di luar itu hanya sebatas nisan yang dijadikan simbol refleksi-refleksi ormeg kemahasiswaan)
Mahasiswa-mahasiswa kritis
Mahasiswa 1: pahlawan engkau selalu kukenang
Sebagai monumen-monumen.
Mahasiswa 2: lalu siapa yang mewarisi semangatnya?
Mahasiswa 1: dulu semangat karena belum punya senapan.
Sekarang kita sudah punya tank dan pesawat jet, jadi yang kita butuhkan ialah pelatihan/pendidikan.
(penembak jitu)
Mahasiswa 2: ohh...ayo kita push rank.
Lagipula di zaman seperti ini mana mungkin ada perang.
Lebih baik senjata-senjata itu dijual buat membangun jalan dan dinamai nama pejuang.