Saat ini mulai menyeruak kembali konflik antar umat beragama bahkan bukan hanya antar agama, tetapi juga antar aliran satu agama. Meski diketahui bahwa agama menjadi pedoman hidup, dan aliran menjadi penegas dari suatu agama, namun kenyataannya malah menjadi sumber pemicu konflik diantara sesamanya. Saya kira konflik antar sesama agama ini tidak dicontohkan oleh Nabi sewaktu hidup. Sekarang kita lihat banyak orang dituduh sesat ketika berpendapat menggunakan rasio mereka. Seperti puisi karya KH. Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus “Kau suruh aku berfikir, Aku berfikir kau tuduh aku kafir”. Masalah-masalah seperti ini yang seharusnya dianggap biasa-biasa saja dan menjadi bentuk pluralisme dari suatu ajaran malah menjadi pokok dari permasalahan yang timbul. Kasus seperti ini kebanyakan dilakukan oleh pemuka agama, atau orang yang lebih tahu tentang konsep keagamaan. Pluralisme di Indonesia menjadi suatu ciri khas dari negara lain di dunia. Meski dari luar terlihat tentram dan saling toleransi, namun pada kenyataanya sangatlah mengecewakan. Intoleransi tidak hanya terjadi antar agama, tapi juga sesama agama pun mempunyai polemik karena perbedaan kaidah yang dianut.

"Perlu ditekankan bahwa konflik antar aliran agama  yang semakin marak sekarang ini sebaiknya tidak patut ada. Persoalan seperti ini malah akan menimbulkan perpecahan di dalam agama itu sendiri. Dimana antar aliran memberi argumen atau dalil-dalil agama bahwa alirannya lah yang paling benar dan paling baik"

Islam di Indonesia menjadi agama terbesar dan menjadi mayoritas di masyarakat Indonesia. Dengan besarnya ummat Islam di Indonesia tentu memunculkan berbagai masalah atau problem yang sebenarnya  tidak patut di permasalahkan. Karena agama Islam di Indonesia itu mengadopsi beberapa budaya yang sebenarnya bukan budaya asli dari tempat lahirnya Islam. Islam banyak menyublimasi budaya-budaya lokal di Indonesia seperti halnya serah bumi, larungan dan masih banyak lagi kebudayan lainnya yang di sublimasi dan di masuki ajaran islam. Akulturasi budaya adalah salah satu cara untuk menyebarkan agama islam di Indonesia, juga untuk mempertahankan ajaran islam agar tetap berkembang di Indonesia. Para pendahulu dalam menyebarkan agama Islam tentunya sudah melakukan ijtihad sebelum melakukan akulturasi budaya tersebut.

Perlu diketahui bahwa, konsep dari agama  sendiri seharusnya menjadi pedoman dalam kehidupan khususnya dalam menyelesaikan konflik. Tapi kembali pada pemahaman dari setiap individu itu sendiri, bagaimana seorang individu tadi mampu menafsirkan konflik keagamaan sesuai dengan apa yang dia dapat selama hidupnya. Lalu peran dari organisasi keagamaan sendiri masih dipertanyakan karena pada dasarnya  peran organisasi keagamaan itu adalah label, atau rumah dalam kaidah-kaidah yang ada. Di Indonesia sendiri organisasi keagamaan atau aliran berkembang dengan mudah. Namun semua hal yang berkaitan dengan agama tetap diawasi dan dikontrol pemerintah. Akan tetapi, pemerintah seolah menutup mata dengan keadaan semacam ini. Dan akhirnya konflik antar agama pun menjadi hal lumrah di kalangan pemerintah saat ini, bukan lagi menjadi hal yang penting untuk segera dicarikan penyelesaiannya.

Maka dari itu, perlu ditekankan bahwa konflik antar aliran agama yang semakin marak sekarang ini sebaiknya tidak patut ada. Persoalan seperti ini malah akan menimbulkan perpecahan di dalam agama itu sendiri. Dimana antar aliran memberi argumen atau dalil-dalil agama bahwa alirannya lah yang paling benar dan paling baik.


Oleh: M. Fajri Ilmansyah
Penulis adalah Mahasiswa Semester 4 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
di IAIN Tulungagung