Dunia politik yang semakin merebah ruah dalam kehidupan bermasyarakat seperti telah membutakan pandangan banyak orang dalam kehidupan bermasyarakat pada akhir-akhir ini.
Aksi-aksi yang di lakukan partai politik dalam mencari masa sekarang ini mulai muncul banyak kecurangan bahkan menghalalkan segala cara demi mendapatkan kedudukan. Misalnya mereka melakukan system kong kali kong atau sering disebut kerjasama, aksi ini biasanya dilakukan oleh pihak politikus dengan para petinggi ataupun dengan petugas yang ada.
Ada lagi yang dengan cara memberi sumbangan terhadap mushola-mushola dan sekolah-sekolah dipedesaan, membantu pembangunan jalan ataupun jembatan pada suatu daerah pedalaman. namun cara tersebut digunakan untuk menarik simpati guna mensukseskan partai politik mereka.
Dengan iming-iming biaya yang tidak seberapa besarnya tersebut jika disbanding dengan dampak dalam waktu lima tahun kedepan hanyalah secuil dari apa yang mereka sodorkan. Karena kita tahu ketika seorang politikus dari suatu parpol tersebut telah menjabat menjadi suatu pimpinan kepala daerah pastilah mereka akan mencari ganti rugi dari apa yang telah mereka keluarkan tadi (korupsi) dari uang kita semua.
Dalam konteks ini sosialisasi suatu porpol tidak lagi memperhitungkan situasi dan kondisi setiap masyarakat. Saat bertepatan pada situasi dan kondisi yang dianggap cocok maka saat itulah para partai politik melancarkan aksinya.
Yang lebih mirisnya lagi, yang menjadi tujuan para politikus dalam berkampanye tersebut bukan hanya masyarakat yang menengah kebawah (mudah diberi pesangon) namun mereka juga memasuki para kiai yang bisa dikatakan sebagai stick holder atau tokoh panutan dalam kehidupan bermasyarakat.
Seorang kiai seperti yang kita ketahui beliau adalah pertokohan dalam hal transfer pengetahuan tentang keagamaan, dan juga suri tauladan bagi kehidupan bermasyarakat. namun sekarang kiai telah banyak yang beralih peran ke transformasi perpolitikan dan bahkan terjun dalam suatu parpol tertentu.
Memang menurut pandangan para kiai, politik adalah suatu ajaran yang Amar ma’ruf nahi munkar dan tentu saja itu merupakan suatu bagian dari ibadah kepada Allah SWT.
Namun disini kita dapat mengetahui bersama peran seorang kiai terdapat dalam dua hal, yang pertama; dari segi agama lalu yang kedua; politik. Dalam akhir ini kedua permasalahan tersebut yang sering ribut dan berantam sehingga dapat kita simpulkan jika seorang kiai (tokoh agama) ketika berselingkuh dengan yang namanya perpolitikan pastilah akan menimbulkan permasalahan baru yang menghebohkan banyak orang jika memang kiai tersebut tidak benar-benar berpegang teguh terhadap niatan yang awal atau beribadah kepada Allah SWT. Maka seorang kiai tersebut akan lebih tepatnya berperan sebagai broker politikus dan bukan lagi seorang yang berjuang untuk Allah SWT.
Oleh : Surahmat TMT-1F