Kita tahu semua bahwa tanggal 10 November adalah sebagai peringatan hari pahlawan Nasional, dimana pada hari ini banyak orang melakukan berbagai kegiatan dalam rangka mengenang jasa para pahlawan. seperti ada yang menggelar doa bersama di makam para pahlawan. Ada yang menggelar pentas seni dengan peran atau sosok yang menggambarkah salah satu tokoh pahlawan. Dan ada juga yang orasi menyerukan ghiroh dan perjuangan para pahlawan kita. Itu semua adalah bukti dari cinta kasih anak cucu mereka atas jasa yang telah mereka torehkan dan sebagai bentuk pengabadian pelaku sejarah yang memang tidak bisa kita besit dari ingatan kita semua.

Lantas siapakah “Pahlawan” itu? apakah mereka yang berjuang untuk negara, agama, kelompok, atau bahkan mereka yang mengabdikan diri sepenuhnya untuk negara dan agama? Kata pahlawan berasal dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari phala-wan yang artinya orang yang membuahkan hasil manis (phala) untuk bangsa, negara, agama, bisa juga diartikan orang yang penuh keberanian dan pengorbanan untuk membela kebenaran – sang pejuang. (kamus besar bahasa Indonesia 2001).

Dengan begitu kata atau gelar pahlawan bukan hanya untuk mereka yang wafat akibat membela bangsa, negara, dan agama. Tapi gelar pahlawan adalah untuk mereka yang dengan penuh keberanian dan pengorbanan untuk sebuah kebenaran. Seperti halnya seorang guru yang atau orang tua yang tidak segan-segan menghukum anak-anak mereka ketika memang berbuat salah atau menyimpang dari norma yang telah masyarakat sepakati.

Terlebih kita sebagai seorang mahasiswa juga layak untuk mendapat gelar sebagai pahlawan. Seperti contoh mahasiswa pergerakan yang berani mati-matian turun kejalan dengan suara lantang mereka meneriakan untuk meminta pemerintah mengembalikan sebuah keadilan, menurunkan harga BBM, entaskan kemiskinan di dalam negeri ini dll. Tentu semua itu adalah sebuah perjuangan yang membutuhkan keberanian dan pengorbanan dari mahasiswa pergerakan untuk memetik hasil manis (keadilan) yang mereka perjuangkan.

Dengan melihat perjuangan para mahasiswa ketika turun jalan yang bisa dikatakan penuh resiko. Seperti yang kita ketahui terkadang dalam aksinya mahasiswa terlibat bentrok dengan aparat, timah panas yang bisa menepis siapa saja, dan belum lagi ketika dilakukannya aksi penangkapan sejumlah orator atau pemimpin jalannya aksi. Semua itu adalah usaha nyata yang dilakukan oleh para mahasiswa pergerakan dan itu semua hampir sama dengan apa yang dilakukan pendahulu kita (pahlawan) dalam hal berperang melawan penjajah. Maka dari itu gelar pahlawan bukan hanya untuk mereka yang berjuang untuk bangsa, negara, dan agama. Tapi mahasiswa juga patut menyandang gelar tersebut, karena mahasiswa telah berjuang demi sebuah kebenaran.

Sejarah pembangunan bangsa ini tidak terlepas dari hasil usaha para mahasiswa, diantara usahanya dalam menggulingkan pemerintahan orde lama (1998). Menghapuskan ketimpang tindihan dalam kursi pemerintah waktu itu yang memang sangatlah kentara dan sangat meresahkan banyak rakyat, seperti faktor perekonomian yang carut marut banyak rakyat yang mati kelaparan akibat kurangnya perhatian atau suplay makanan bergizi dari pemerintah pada waktu itu. pemerintah yang mengobok-obok kantong rakyat untuk kepentingan pribadi (korupsi). Itu semua adalah bukti dari kemrosotan negeri ini kala itu dan itu membuat para mahasiswa Indonesia geram karena memang para aparat yang seharusnya menyelesaikan hal tersebut namun tak kunjung untuk ditangani. Sehingga para mahasiswa mengecam pemerintahan harus segera dibenahi, dan mereka semua harus cepat diganti, mereka adalah orang tak pantas berada di pemerintahan. Dengan begitu terjadilah aksi para mahasiswa pergerakan untuk menuntaskan semuanya.

Namun melihat realita yang ada, mahasiswa yang sekarang jauh lebih berbeda dengan mahasiswa yang terdahulu. Mahasiswa sekarang jauh lebih mementingkan dirinya sendiri daripada mementingkan ibu pertiwi ini. Kebanyakan dari mahasiswa sekarang sudah terjajah dengan ideologi–ideologi barat. Jika tidak mengikuti tren masa yang sekarang katanya kurang mengikuti perkembangan zaman. Sebuah kekonyolan ketika yang namanya mahasiswa seharusnya menjadi pahlawan bagi bangsa justru menikmati penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara adidaya. Apakah ini yang dinamakan pahlawan sekarang? Pahlawan yang menikmati keterjajahannya? Kiranya begitu.

Memang melihat ghiroh dari para mahasiswa dengan para pahlawan Nasionalis terdahulu tidaklah ada bedanya. Mereka juga perkasa dan penuh berani menerjang timah panas yang menghadanganya. Kalian tetaplah menjadi pahlawan dalam negeri ini para aktivis. Melalui kata-kata dari bapak proklamator kita yaitu “lebih baik makan gaplek tapi merdeka dari pada makan stik tetapi terjajah”. Sebuah kata yang terasa cocok untuk sekarang ini dan harusnya terus kita perjuangkan sebagai falsafah hidup untuk memajukan Negara ini. Keluarlah dari rasa nyaman dan mulailaih melihat realita bangsa.

Oleh Nasrudin el-Zain PAI 3 D