Memanusiakan manusia atau yang biasa disebut humanisme seperti halnya memperlakukan  manusia secara manusiawi dan bukan hewani nampaknya sudah mulai hilang dan luntur sekarang ini. Hal ini ditandai dengan menurunnya moral generasi muda bangsa kita, seperti yang terjadi dalam kasus Yuyun baru-baru ini kebanyakan dari kita mungkin menyalahkan bangsa barat sebagai penyebab dari arus globalisasi. Sebenarnya kemungkinan itu tidak salah dan tidak sepenuhnya benar. Kalau saja kita bisa memilah-milah budaya barat dengan bijak, bukan tidak mungkin kita akan menjadi bangsa yang maju tanpa adanya degradasi moral tersebut.

Ketika kita berbicara tentang kemanusiaan, mungkin dari kita banyak yang salah menafsirkan tentang kemanusiaan atau yang sering disebut humanisme . Humanisme bukanlah sekedar memanusiakan manusia atau bukan hanya kita menganggap orang di sekeliling kita itu ada, bahkan bisa lebih. Di dalam esensi humanisme kita juga dituntut untuk tahu dan memahami dimana posisi kita sebagai makhluk sosial dan cara kita menyikapinya.

Di sini penulis mengambil contoh kasus pemerkosaan dan pembunuhan Yuyun yang masih hangat-hangatnya. Sungguh ironis, Yuyun gadis 14 tahun ini diperkosa ramai-ramai sebelum akhirnya ia dibunuh dan dibuang ketengah hutan.  Tersangka yang berjumlah 14 orang itu bahkan sebagian masih dibawah umur, dua diantaranya tercatat sebagai siswa SMP kakak kelas Yuyun. Sebelum melakukan aksi keji ini, ternyata para tersangka terlebih dahulu menenggak minuman keras dan mereka juga suka menonton video porno melalui HP mereka.

Melihat kasus Yuyun tersebut, mungkin hati kita akan tergugah. Rasa kemanusiaan yang hilang, luntur, terdegradasi oleh perkembangan zaman ini. Ya, memang perkembangan zaman atau globalisasi ini tidak bisa disalahkan. Semuanya kembali pada diri kita masing-masing. Entah bagaimana cara kita memfilternya, mengambil yang positif membuang yang negatif. Semua itu tergantung cara kita.

Banyak dari kita yang tahu efek bahaya yang ditimbulkan akibat minuman keras dan video porno  bahkan masih saja menjadi pecandu setianya. Dan setidaknya kita sadar bahaya yang tidak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga bisa merugikan orang lain. Seperti halnya kasus Yuyun di atas tadi, selain tubuh kita menjadi tidak sehat sebab pengaruh miras kita juga dapat terjerumus kehal pemerkosaan yang itu jelas merugikan orang lain apa lagi itu berujung pada kasus pembunuhan, dan hal inilah yang membuat negara kita menjadi sorotan publik sehingga mendapat kesan buruk oleh negara-negara lain. 

Mengenai kasus miras atau minuman keras sudah merupakan hal wajar jika dalam praktiknya dibarengi atau berujung pada kasus-kasus kejahatan yang lain seperti halnya pemerkosaan dan pembunuhan, hal ini disebabkan pikiran seseorang yang hilang akibat pengaruh miras sehingga orang tidak mungkin lagi mampu mengontrol emosi dirinya dan tentunya orang suka berbuat agak girang dan sesukanya. Kasus inipun sangat mirip dengan dongeng agama yang telah beredar dalam masyarakat kita khususnya, dan hal ini biasa diceritakan oleh seorang ustadt atau kiai saat ngaji kitab terkait bab maksiat.

Kisah itupun kurang lebih beginilah alurnya, “diceritakan telah hidup seorang ulama besar yang sangat rajin dan aktif dalam beribadah, beliau sangat khusuk ketika melaksanakan ibadah, dan sangat pandai ketika berbicara soal agama. Bahkan hampir tak ada yang mampu mengalahkan ketaatan, kekhusukan, dan kebetahan dalam melaksanakan syariat agama hampir seluruh waktu hidupnya hanya ia gunakan untuk beribadah dalam hari ke-harinya.

Suatu hari sang ulama itu sedang melaksanakan sholat sunah dan membaca Al-Quran  seperti biasanya, dan sebelum-sebelumnya tak ada orang yang kuat melebihi dirinya dalam hal ibadah di masjid itu, tapi kali ini ada orang yang sama kuat dan bahkan melebihi beliau dalam beribadah dimasjid itu. Terkejutlah ia dan bertanya, siapakah gerangan kok beribadah kuat sekali, biasanya tak ada seorangpun yang menandingi aku dalam beribadah di masjid ini? Aku adalah hamba Allah, sahut orang tadi, lantas sang Ulama mengajukan beberapa pertanyaan yang dirasanya itu merupakan pertanyaan yang paling sulit dan tak satupun orang disekitarnya yang bisa menjawab, namun lagi-lagi orang itu dengan lihai dan lincah menjawab satu persatu dari pertanyaan ulama tadi. Makin tercanganglah ulama tadi terhadap orang tersebut, kok ada ya orang yang melebihi ibadah, kepandaian dan ketaatan saya dalam beribadah? (piker sang ulama).

Melihat si ulama ngerasa bento dan bengong balik bertanyalah orang tadi, kamu katanya ulama paling jago dan taat, coba  jawab pertanyaan saya ini paling besar manakah dosa antara zina mabuk dan membunuh orang lain? Ulama itupun menjawab dan menjelaskan, jika dosa paling besar diantara sekian perbuatan keji itu adalah membunuh, lalu zina dan minum atau mabuk. Oke benar, jawab orang yang belum dikenalnya tadi. Lalu anda  hampir setiap hari beribadah baik itu sunah maupun wajib pernahkah anda maksiat? Jika mengetahui kebaikanmu yang hampir tak terhitung itu apakah ada bandingnya jika kamu mencoba yang kamu katakan paling kecil dosanya itu? Toh itu juga tak membuatmu ke neraka sebab pahalamu pasti juga masih lebih banyak. Tak ada salahnya lah mencoba minum bersama saya nanti, dan tanpa berpikir panjang ulama itupun mengiyakan tawaran itu. setelah mabuk dan merasa pikirannya hilang orang tadi kembali membujuknya dengan seorang gadis yang cantiknya luar biasa. Apakah kamu tidak rindu menikmati nikmatnya gadis muda yang masih perawan, dan tentu rasanya pun pasti lebih nikmat jika dibanding istri anda dirumah yang sudah mulai kisut. Iya juga sih, piker si Ulama. Masuk kamarlah si Ulama itu bersama gadis seksi dan mereka melakukan hubungan seks dan seusainya melakukan itu lagi-lagi ulama itu digoda oleh orang tadi dengan berkata, kamu tadi telah melakukan hubungan seks dengan orang yang itu bukan istrimu dan jika nanti orang tersebut hamil maka hancurlah martabatmu sebagai seorang ulama besar karena orang-orang pasti akan berkata jika kau telah berzina. Lalu bagaimana solusinya? tanya si Ulama. Bunuhlah gadis tadi dan buanglah mayatnya maka nanti kamu tidak akan dihantui oleh bayang-bayang kasus yang membuatmu khawatir dan ketakutan ini. Dilakukanlah apa yang orang itu katakan dan setelah gadis itu terbunuh dan mayatnya dibuang tiba-tiba orang tadi menghilang dan tanpa disadari oleh si Ulama jika ternyata orang yang telah ia temui di masjid dan mengajaknya minum tadi adalah Syaiton yang membo-membo atau berubah menyerupai manusia. Tersadarlah ulama itu dari apa yang telah ia lakukan barusan itu ia telah melakukan mabuk, zina dan membunuh yang itu dosanya tak dapat dimakfu atau diampuni oleh Allah dan dari sini sia-sialah perbuatan ibadah yang selama ini ia kerjakan dan bahkan hampir tanpa ada hari yang tidak ia gunakan untuk beribadah kepadanya.  

Nah, dari cerita di atas kita dapat mengambil pelajaran begitu dahsyat dan bahayanya pengaruh dari alkohol  yang selain membuat tubuh kita tidak sehat ternyata juga mampu membawa kita kepada kasus-kasus perzinaan yang lain gara-gara pikiran kita yang telah rusak dibuatnya.  Dan dari kasus Yuyun tersebut yang penulis telah katakan tadi kita sudah bisa menyimpulkan, bahwa tendensi dunia pendidikan ini sudah melenceng jauh dari tujuannya. Yang katanya itu mencerdaskan kehidupan bangsa, atau malah membentuk peserta didik yang tidak bermoral. Dari sini kita dapat menanyakan dalam hati peran kita sebagai mahasiswa, apalagi bagi yang calon pendidik seperti halnya mahasiswa PAI. Kasus semacam ini merupakan tanggung jawab bagi kita semua. Marilah kita bersama-sama mencegah atau menanggulangi jangan sampai hal-hal semacam itu terjadi lagi. Terlebih kita sebagai mahasiswa atau siswa tertinggi di dunia pendidikan ini harus bisa memberi solusi dan membantu secara maksimal agar kasus semacam ini tak muncul lagi khususnya dalam lingkup pendidikan. siapa yang akan memulai dan merespon serius kasus semacam ini jika kita tidak mulai sadar dan melek dari tiap-tiap individunya.

Oleh: Nanda R. PAI 2I